Sisik hitam mencuri
pesona alam
Membuat pengembara
berlari meninggalkan
Manik-manik hati mulai
terlepas dari ikatan
Apakah bertahan atau
dilepaskan?
Perempuan
separuh baya mulai membuka warungnya lebih awal. Suara tarikan rolling dor
terdengar parau. Karena rodanya yang sudah tua membutuhkan pelumas lebih
banyak. Gesekan antara makanan kemasan yang berbaris rapi seperti melaksanakan
upacara. Belum lagi si manis candy yang berada di toples bergoyang menimbulkan
suara riuh anak kecil untuk meraih isinya.
“Zein,
kenapa kok pagi-pagi sudah melamun?”, tanya seorang perempuan yang tampak
kelelahan setelah membereskan barang di warungnya.
“Ehh..
siapa yang ngelamun Bu? Zein cuma lagi bingung.”
“
Shaffa ya?” tebak ibunya.
Anggukan
kepala anak semata wayangnya itu menjadi sebuah jawaban sekaligus pertanyaan.
“
Kalau yakin lanjutkan. Kalau ragu tinggalkan.” Ujar perempuan yang
melahirkannya.
“
Tapi bagaimana dengan rasa ini Bu? Aku takut menyakiti hati Shaffa”. Suaranya
bergetar menahan emosi di dadanya. Tak terasa mata yang sudah penuh menumpahkan
butirannya.
Mentari
pagi menghangatkan jiwa yang basah dengan perasaanya. Pelukan sang ibulah
sebagai obat satu-satunya kini. Ketegarannya mengalahkan ketakutan yang
bersemayam. Keyakinannya membuat kebimbangan menjadi utuh. Dan tangisan
melegakan amarah yang meradang.
“
Tak perlu takut untuk membuat keputusan. Lanjut atau tidak adalah sebuah
pilihan. Allah memberikan ruang untuk itu. Tapi ingat, setiap yang kita pilih
memiliki konsekuensi sendiri. Dan kita harus siap menerimanya. Lanjut berarti
menerima segala kekurangan dan kelebihannya. Menyudahinya berarti siap untuk
kehilangannya.” Tarikan napas membuat sisa usia paru-parunya bersih.
“Jodoh
itu rezeki Zein. Jadi tidak akan tertukar dengan yang lain. Jodoh itu bukan
seberapa dekat atau seberapa lama kamu mengenal calon pasanganmu. Tetapi,
seberapa yakin kekuatan doa pada Allah bahwa dia adalah yang terbaik buatmu.
Sekeras apapun usahamu mengejarnya kalau Allah tidak menghendaki kalian
berjodoh ya tidak akan terjadi. Libatkan Allah dalam setiap keputusanmu. Insya
Allah dimudahkan”. Kecupan dikening mengakhiri petuah perempuan bijak panutan
Zein.
Perdebatan
batinnya berjalan sangat lambat. Tetiba saja bayangan ayahnya berkelebatan.
Zein rindu pada sang ayah. Angannya melayang pada pria berotot yang memukul
wanita kesayangannya 2 tahun lalu. Tak terima ibunya diperlakukan kasar,
sejurus Zein melayangkan pukulan dan tendangan pada perutnya. Pria itupun
tersungkur dengan darah yang keluar dari mulutnya. Sejak lelaki yang dicintai
ibunya meninggal maka yang bertugas menjaga ibunya adalah Zein. Ketika
perempuan tegar memilih kembali menikah dalam keraguan, penyiksaan dan kepedihan
terus menghantui hari-harinya. Hingga perceraian itu terjadi dengan tuduhan
KDRT.
Palung
hatinya berhenti pada aliran bernama Shaffa. Gadis sastra yang ia temui ketika
masih SMA kini sudah dewasa. Bola manik hitamnya semakin membulat cantik. Baju
merah muda yang dilihatnya saat itu membuat pesonanya terpancar. Rasa kikuk
saat bertemu dengannya adalah momen yang tak terlupakan. Namun, batu bernama
Surya kembali menghalanginya. Zein tidak habis pikir selalu saja menyukai
wanita yang sama. Apakah kini ia harus kembali mengalah?
Dua
minggu tinggal esok hari. Masih ada 24 jam untuk mengubah keputusannya. Sabit
menggantung di langit. Zein menghadapkan wajahnya ke luar jendela. Menimbang
kembali perasaan dan kepastian yang akan diungkapkan di depan Shaffa.. Lelaki
yang jago bela diri kini tak bisa membela dirinya sendiri. Zein memohon pada
penjaga malam dengan sebenar-benarnya untuk membulatkan tekad dan menguatkan
mental.
Daun yang gugur tak
mungkin berbunga
Akar yang rapuh tak
mungkin menopang batang
Biji yang hancur tak
mungkin berbuah ranum
Tanah yang kering tak mungkin tanaman tumbuh subur
Komentar