Langsung ke konten utama

Semangat Belajar Al Quran

Pisau, semakin diasah semakin tajam
Jika dibiarkan akan tumpul dan tak berguna

Angin pagi membuat udara dingin menusuk tulang. Sehingga beberapa siswa ada yang memakai jaket untuk menghangatkan tubuhnya. Namun mereka tetap semangat menimba ilmu. Seperti biasa, jam pertama setelah baris di kelas belajar tilawati. Tilawati merupakan salah satu metode membaca Al-Quran yang diterapkan di Madrasah Pembangunan UIN Ciputat. Satu per satu langkah kaki mereka terdengar memasuki ruang kelas. Karena kelompoknya dibagi-bagi sesuai tingkatan mengajinya, maka saya diamanahkan membina jilid 4 di kelas 3.
Hari Senin, hari dimana anak-anak tidak bertatap muka dengan saya untuk membaca tilawati. Sudahlah libur, di rumahpun tidak dibaca. Alhasil bacaannya menjadi kacau, banyak hukum tajwud yang ditabraknya.
“Kalian tahu pisau?” tanya saya.
“TAHUUUUU” serentak semua menjawab.
“Pisau itu tajam, bisa digunakan untuk memotong sayuran. Tapi apa yang terjadi jika pisau itu tumpul?” saya bertanya lagi.
“ Tidak bisa digunakan Bu”, jawab siswa berpeci.
“ Ya. Betul. Maka untuk menajamkannya kembali, kita harus mengasahnya di atas batu asahan.”
“Begitupun mengaji. Sudah lancar mengaji bukan berarti merasa tidak perlu belajar lagi. Justru dengan kita terus berlatih membaca Al-Quran, maka kemampuan kita akan bertambah. Apa yang kita baca dan pelajari setiap hari dapat tersimpan dalam memori”. Saya menjelaskan dengan perlahan tapi tegas.
“Bu, memorinya harganya berapa?” celetuk salah seorang siswa.
Tersenyum saya mendengarnya, “Nak, kita diberikan memori sama Allah sejak lahir dengan GRATIS”
Semuanya terperangah mendengar jawabannya.
Ya begitulah mendidik anak-anak untuk terus mau membaca Al-Quran dengan tartil. Senantiasa memotivasinya agar semangat itu terus tumbuh dan berkembang.
Jarum jam menunjukkan pukul 08.05. Saatnya pergantian jam pelajaran. Para generasi sholih dan sholeha membaca doa selesai mengaji dan ditutup dengan salam. Tak lupa tugas di rumah yaitu membaca halaman yang hari ini dibaca dan yang akan dibaca esok hari.

#Tugas 2 KMO#batch 1

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan harian 1

Hidup itu penuh misteri. Tak dapat ditebak. Walau sedetik pun. Kita hanya berencana A, B, C dan D. Namun Allah jua lah yang memutuskan. Ketika SD saya adalah sosok anak yang minder karena merasa tak pandai dalam pelajaran. Guru-guru selalu saja memuji dan mengingat murid-murid yang pandai. Disitu saya merasa rendah diri. Saat itu saya belum tau kemampuan dan kelebihan yang ada dalam diri. Tahun berganti. Seragam putih biru menjadi seragam kebanggaan karena saya berhasil masuk di SMP Negeri favorit. Di bangku Tingkat Menengah Pertama ini saya merasakan semangat belajar benar-benar hidup. Saya sangat menikmati proses belajar setiap hatinya. Setiap pelajaran ada sebuah target pencapaian. Dan itu dimulai dari tempat duduk. Saya duduk dibangku paling depan dekat meja guru. Kenapa harus di depan meja guru? Supaya ketika saya bertanya atau mengajukan pendapat, akan lebih mudah terlihat lebih dulu. Targetnya adalah setiap pelajaran,  minimal satu pertanyaan. Hasilnya ketika pembagian...

SYUKUR HARUS, IRI JANGAN

 #day4 #30harimembacakanbuku #30hariberkisah  #KomunitasCintaAnak 95_Nurmala_Syukur dan Tidak Sombong Syukur Itu Harus, Iri Jangan Di hari ke empat, menjelang tidur Afnan memilih minta dibacakan buku Syukur dan Tidak Sombong. Buku ini terdiri dari 4 judul dongeng. Dua judul yang dibacakan adalah Kalung Milik Kucing dan Undur-Undur yang Tidak Mau Berjalan Mundur. Afnan dan Ashraf senang dibacakan buku ini. Karena selain ada dialog singkat yang harus saya ekspresikan, ada juga gambar yang menunjukkan alur ceritanya. Dongeng Kalung Milik Kucing mengajarkan kita untuk selalu bersyukur dengan yang sudah kita miliki. Jangan sampai mengambil barang orang lain tanpa ijin. Karena selain tercela, dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Saya coba contohkan seperti merebut mainan. Ruginya, dengan rebutan mainan pasti berantem, dan salah satu atau keduanya ada yang terluka.  Kisah Undur-undur, menceritakan tentang perasaan iri. Karena, undur-undur merasa aneh, dirinya tidak bisa ...

Maaf, Aku Mengeluh

Menikmati fase kehidupan Tidak selalu ada tawa Kadang berurai air mata Ada juga amarah yang mengguncang Jatuh lalu bangkit, kemudian bertahan Ujian yang terus hadir bergiliran Membuatku berbenah diri Remedial kehidupan terus kucoba Sesak, saat kutahu gagal lagi Suara tersekat di kerongkongan Mencari kekuatan dalam batin  Kuhanya bisa pejamkan mata Hingga tangis itu pecah Aku Tenggelam dalam kesedihan Menyesal Tetapi kesalahan kadang diulangi  Aku bukan malaikat, Tuhan Aku juga bukan kalangan iblis Ada jiwa hampa Ada ruang kosong Ada ruh yang dipancung Tuhan, Maaf aku mengeluh Ciputat, 30 Mei 2022 @Nurmala