Luka tangan ada penawarnya,
Luka hati terbawa sampai mati
Malam kian larut. Eci mengingatkan Shaffa untuk melakukan solat istikharah. Dari mulai takbir hingga salam dilakukan Shaffa dengan khusyu. Lidahnya tak berhenti menyebut asma Allah. Berharap Allah akan mendengar pintanya. Agar pintu langit terbuka. Hingga tak ada lagi hijab antara dia dengan Rabb Pemilik Jagad Raya. Di kemelutnya angan, dia tumpahkan semua pada Tuhannya,
"Ya Allah, rasa ini tlah ada sejak lama. Bertahun-tahun ku pendam. Kini, Kau bukakan jalannya. Kau hadirkan kembali Zein membawa rasa seperti rasaku. Namun, Kau hadirkan pula Surya. Sebenarnya apa yang ingin Kau tunjukkan padaku?"
"Ya Rabbii, tunjukkanlah jalanMu yang lurus. Pilihkanlah pilihan terbaikMu dari yang terbaik. Hapus keraguan yang menyelimuti hatiku. Tetapkanlah hatiku dengan ketetapanMu. Jauhkanlah aku dari orang-orang yang ingin mencelakaiku. Aamiin".
Setelah mencurahkan perasaannya, gadis penyuka warna merah muda ini tertidur pulas. Pukul 4 dini hari, Zein mengirimnya pesan.
"Assalamu'alaikum Shaffa. Maaf sebaiknya kita tak saling berkabar dulu. Saya butuh waktu 2 minggu. Insyaallah nanti saya kabari keputusannya. Semoga Allah senantiasa membimbing kita. Aamiin. Wassalamu'alaikum".
Sinyal pertama tlah Allah tampakkan. Lelaki tangguh yang Shaffa kenal, kini seakan berubah. Shaffa mengira, karena dulu pernah saling kenal maka akan dengan mudah membuka dan menerima hati. Shaffa berharap laki-laki penyuka buku sejarah ini akan menjadi penawar luka dalam kehidupannya. Namun angannya tidak mau mendahului takdir.
Embun pagi mampu mendinginkan suasana hati Shaffa. Ia tak lagi menghiraukan perasaannya pada Zein. Biarlah Allah tunjukkan semua. Di kursi rotan Shaffa menyandarkan punggungnya. Seolah berbagi beban kehidupan. Surya kembali mengirim pesan.
"Shaffa, aku minta maaf. Aku tlah mengganggu hubunganmu dengan Zein. Itu aku lakukan karena aku ingin kau kembali padaku. Aku masih mencintaimu. Kasih aku kesempatan lagi. Aku janji akan memperbaiki semuanya".
Entah harus dengan bahasa seperti apa agar pria itu tidak menghubunginya lagi. Shaffa sudah lelah. Ia ingin hidup tenang. Hatinya sudah capek dipermainkan terus. Luka hatinya masih basah, dengan warnanya yang amat gelap.
Awan yang berarak membawa Shaffa mengingat kenangan bersama Surya. Lelaki tinggi semampai, berkacamata tebal dan berambut belah dua. Dia adalah kakak angkatan kuliah Shaffa yang bertemu di UKM Seni Teater. Beberapa kali mereka sempat menjadi teman panggung saat membawakan puisi di acara kampus. Setiap hentakan bait puisi mampu mengambil emosi jiwa seisi ruangan. Siapa sangka, tarikan suara dan tempo akhirnya dapat mencuri hati si gadis sensitif ini.
Belakangan diketahui bahwa Surya adalah musuh bebuyutan Zein dari bangku SMA. Mereka selalu menyukai perempuan yang sama. Akan tetapi keberuntungan selalu berpihak pada laki-laki yang selalu menamakan dirinya penakluk wanita. Sekali waktu Zein pernah membuka suara perihal tersebut pada Shaffa. Setelah diketahui bahwa Shaffa pernah dekat dengan Surya.
Dua tahun lamanya Shaffa dan Surya menjalin hubungan. Hingga enam bulan lalu Shaffa memutuskan untuk menyelesaikannya. Pada tahun kedua, ayah dan ibunya Surya memiliki keluarga baru. Dia merasa keberadaannya tidak diinginkan. Mereka sibuk dengan kehidupannya masing-masing. Kondisi ini membuat Surya mencari tempat baru dimana dia dianggap ada.
Tak hanya sekali, Shaffa pernah mendapati Surya dengan mata merah dan nafasnya bau alkohol. Cara bicaranya meracau tidak jelas. Sehingga Shaffa meminta bantuan orang-orang untuk mengantarkannya pulang.
Peristiwa menyakitkan yang menimpa keluarga Shaffa, tidak ingin ia ulang di kehidupannya yang akan datang. Pernah Shaffa menasehati pria penakluk wanita itu. Tapi janji sekedar janji. Semakin diingatkan malah semakin jadi. Surya berubah menjadi kasar. Sering mencaci wanita. Beberapa kali Shaffa pernah disebut perempuan jalang. Bahkan hampir jari-jarinya Surya mendarat di pipi namun ditahan oleh teman-temanya.
Shaffa lelah, dia tak sanggup mengembalikan Surya. Walaupun sebenarnya dia tahu, Surya melakukan itu di luar batas kesadarannya. Namun Shaffa memilih putus dengan pria berkacamata itu. Surya sempat berontak. Gengsi bagi dia jika diputuskan oleh wanita. Tekad Shaffa sudah bulat, dia tetap tidak mau kembali.
Shaffa adalah satu-satunya wanita yang mencintainya dengan tulus. Tiga bulan sejak putus, dia mendengar wanitanya sedang dekat dengan Zein. Maka bertambah geramlah hatinya. Karena dia tahu, Shaffa telah lama mengagumi Zein sejak SMA. Akhirnya Surya memutar otak untuk menghancurkan hubungan mereka.
Suara lembut, khas dengan seraknya membuyarkan kepingan kenangan yang muncul.
"Shaffa, sudah jangan diiingat-ingat lagi. Tidak usah merasa bersalah dengan masa lalu dan tidak usah risau dengan masa depan. Kita harus melewati masa lalu untuk tidak mengulangi kesalahan di masa mendatang",petuah perempuan paruh baya yang telah kenyang makan asam garam kehidupan.
Shaffa hanya mengangguk dan memeluk ibunya dengan penuh kehangatan. Mengalahkan hangatnya teh manis yang berdiri di atas meja.
Hatinya masih dag dig dug menunggu kabar dari Zein. Dua minggu seakan dua bulan. Shaffa manfaatkan waktu dua minggu tersebut untuk mendekatkan diri kepada Allah. Agar hatinya tidak diisi dengan angan-angan panjang. Dan pesan dari Surya tetap diabaikannya.
Jeritan wanita dalam cermin
Takkan kau dengar suaranya
Karena ego yang menutupi hati
Biarkan dia pergi menjumpai bahagia
Lara yang kau sematkan,
Biarlah tersimpan dalam peti bernama
KENANGAN...
Belakangan diketahui bahwa Surya adalah musuh bebuyutan Zein dari bangku SMA. Mereka selalu menyukai perempuan yang sama. Akan tetapi keberuntungan selalu berpihak pada laki-laki yang selalu menamakan dirinya penakluk wanita. Sekali waktu Zein pernah membuka suara perihal tersebut pada Shaffa. Setelah diketahui bahwa Shaffa pernah dekat dengan Surya.
Dua tahun lamanya Shaffa dan Surya menjalin hubungan. Hingga enam bulan lalu Shaffa memutuskan untuk menyelesaikannya. Pada tahun kedua, ayah dan ibunya Surya memiliki keluarga baru. Dia merasa keberadaannya tidak diinginkan. Mereka sibuk dengan kehidupannya masing-masing. Kondisi ini membuat Surya mencari tempat baru dimana dia dianggap ada.
Tak hanya sekali, Shaffa pernah mendapati Surya dengan mata merah dan nafasnya bau alkohol. Cara bicaranya meracau tidak jelas. Sehingga Shaffa meminta bantuan orang-orang untuk mengantarkannya pulang.
Peristiwa menyakitkan yang menimpa keluarga Shaffa, tidak ingin ia ulang di kehidupannya yang akan datang. Pernah Shaffa menasehati pria penakluk wanita itu. Tapi janji sekedar janji. Semakin diingatkan malah semakin jadi. Surya berubah menjadi kasar. Sering mencaci wanita. Beberapa kali Shaffa pernah disebut perempuan jalang. Bahkan hampir jari-jarinya Surya mendarat di pipi namun ditahan oleh teman-temanya.
Shaffa lelah, dia tak sanggup mengembalikan Surya. Walaupun sebenarnya dia tahu, Surya melakukan itu di luar batas kesadarannya. Namun Shaffa memilih putus dengan pria berkacamata itu. Surya sempat berontak. Gengsi bagi dia jika diputuskan oleh wanita. Tekad Shaffa sudah bulat, dia tetap tidak mau kembali.
Shaffa adalah satu-satunya wanita yang mencintainya dengan tulus. Tiga bulan sejak putus, dia mendengar wanitanya sedang dekat dengan Zein. Maka bertambah geramlah hatinya. Karena dia tahu, Shaffa telah lama mengagumi Zein sejak SMA. Akhirnya Surya memutar otak untuk menghancurkan hubungan mereka.
Suara lembut, khas dengan seraknya membuyarkan kepingan kenangan yang muncul.
"Shaffa, sudah jangan diiingat-ingat lagi. Tidak usah merasa bersalah dengan masa lalu dan tidak usah risau dengan masa depan. Kita harus melewati masa lalu untuk tidak mengulangi kesalahan di masa mendatang",petuah perempuan paruh baya yang telah kenyang makan asam garam kehidupan.
Shaffa hanya mengangguk dan memeluk ibunya dengan penuh kehangatan. Mengalahkan hangatnya teh manis yang berdiri di atas meja.
Hatinya masih dag dig dug menunggu kabar dari Zein. Dua minggu seakan dua bulan. Shaffa manfaatkan waktu dua minggu tersebut untuk mendekatkan diri kepada Allah. Agar hatinya tidak diisi dengan angan-angan panjang. Dan pesan dari Surya tetap diabaikannya.
Jeritan wanita dalam cermin
Takkan kau dengar suaranya
Karena ego yang menutupi hati
Biarkan dia pergi menjumpai bahagia
Lara yang kau sematkan,
Biarlah tersimpan dalam peti bernama
KENANGAN...
Komentar