Langsung ke konten utama

Hilang dalam Sekejap (1) Cinta yang Bersemi Tertiup Angin Senja

Kenapa harus datang, jika akhirnya akan menghilang?

Mentari pagi tak menyurutkan cemas yang melanda Shaffa. Ba'da Dzuhur ia ada janji bersilaturahmi dengan seseorang. Bagaimana tidak, Shaffa akan bertemu dengan ibunya Zein. Ya. Zein adalah ketua alumni pustakawan sekolah yang Shaffa kagumi sejak kelas 2 SMA. 

Pembawaan Zein yang tenang dan berwibawa menaruh simpati khusus di relung hati Shaffa. Ditambah perawakan yang tinggi besar menjadikannya lebih disegani banyak orang. Perceraian orang tua, membuat Shaffa kehilangan sosok panutan. Mengenal Zein, seolah mendapat secercah cahaya. Mengobati kepiluan dengan sebuah pengharapan.

Waktu berputar dengan rotasinya. Kekaguman Shaffa pada Zein bermetaforfosis menjadi rasa yang berbuah rindu. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Pribahasa ini mungkin cocok mendeskripsikan harapan Shaffa kepada Zein. Ketika ketua alumni tersebut melayangkan pesan bahwa dia ingin mencoba serius dengan Shaffa. Ah, perempuan lugu ini sungguh malu mengakuinya. Hingga 2 pekan setelah perbincangan singkat lewat ponsel, mereka mengatur pertemuan agar Shaffa dapat bertemu dengan ibunya Zein.

Pukul 10.00 pagi menjelang siang. Shaffa sudah bersiap-siap. Ia mengenakan gamis dan kerudung merah muda. Sesekali Shaffa menarik nafas panjang sambil mematut dirinya didepan cermin.

Sebelum Shaffa ke rumah Zein, dia mampir ke sebuah toko kue. Tidak sopan jika hanya membawa tangan kosong kesana. Baru saja keluar dari toko kue, ponselnya berdering.
"Dari Zein?", gumam Shaffa.
Kegusarannya bertambah karena tiba-tiba Zein minta bertemu dulu dengan Shaffa sebelum berangkat.

Angin siang tak membuat hatinya segar. Shaffa mempercepat langkah menuju taman baca yang terdapat di tengah alun-alun kota. Shaffa melihat sekeliling, dan yang dicari sedang asik menatap layar ponsel.

Setelah mengatur nafas dan emosi, Shaffa memberanikan diri untuk menyapa, 
"Assalamu'alaikum. Maaf Bang Zein,  sudah menunggu lama ya?"
"Wa'alaikumsalam. Tidak apa," jawab Zein datar.

Betapa kagetnya Shaffa seketika itu Zein menyodorkan HP nya.
"Apa ini?", tanya Shaffa.
"Baca saja dulu", jawabnya ketus. Mata sipitnya kini seakan membesar. Ada amarah disana. Perlahan Shaffa membaca isi pesan yang Zein sodorkan.

Seketika Shaffa merasa terkejut dengan nama yang baru dibacanya.
"Surya?!", lirih Shaffa.
"Kamu masih menjalin hubungan sama dia?", Zein bertanya tanpa tedeng aling-aling.
"Hah? Ti.. tidaklah Bang. Hubungan kami sudah selesai 3 bulan yang lalu", jelas Shaffa dengan perasaan gugup. Rasanya langit akan runtuh. Shaffa berusaha menahan butiran air mata yang sudah menggenang.

Di dalam pesannya, Surya mengancam Zein. Jika masih meneruskan hubungannya dengan Shaffa, maka ia tak segan-segan untuk memisahkan Shaffa dari Zein.

Shaffa berusaha menenangkan Zein supaya tidak percaya dengan pesan dari Surya. Namun saat itu perasaan Zein masih diselimuti emosi.
"Hari ini Shaffa tetap ke rumah Abang aja. Ibu Abang sudah menunggu."
"Tapi, Abang tidak tau ya kelanjutannya bagaimana. Hari ini cuma pertemuan perkenalan biasa."
Shaffa mendengarkan sambil tertunduk lemas.
"Lain kali kalau mau memulai hubungan baru dengan siapapun, jangan sekali-sekali membuka komunikasi dengan orang di masa lalu. Apalagi menceritakan jalinan baru kepadanya. Nanti yang susah kamu sendiri." Zein mengingatkan sembari membelakangi.

Dengan langkah gontai Shaffa meninggalkan Zein sendirian. Tak ada kata yang tepat diucapkan kecuali maaf.  Lelaki dengan perawakan besar itu masih membuang muka saat Shaffa berpamitan.

Sang perisai mengamuk di hati yang lapang
Saat keyakinan tlah dibangun
Dia tak cukup kuat menopang
Akankah perisaiku tetap bertahan?
Ataukah akan mundur perlahan?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan harian 1

Hidup itu penuh misteri. Tak dapat ditebak. Walau sedetik pun. Kita hanya berencana A, B, C dan D. Namun Allah jua lah yang memutuskan. Ketika SD saya adalah sosok anak yang minder karena merasa tak pandai dalam pelajaran. Guru-guru selalu saja memuji dan mengingat murid-murid yang pandai. Disitu saya merasa rendah diri. Saat itu saya belum tau kemampuan dan kelebihan yang ada dalam diri. Tahun berganti. Seragam putih biru menjadi seragam kebanggaan karena saya berhasil masuk di SMP Negeri favorit. Di bangku Tingkat Menengah Pertama ini saya merasakan semangat belajar benar-benar hidup. Saya sangat menikmati proses belajar setiap hatinya. Setiap pelajaran ada sebuah target pencapaian. Dan itu dimulai dari tempat duduk. Saya duduk dibangku paling depan dekat meja guru. Kenapa harus di depan meja guru? Supaya ketika saya bertanya atau mengajukan pendapat, akan lebih mudah terlihat lebih dulu. Targetnya adalah setiap pelajaran,  minimal satu pertanyaan. Hasilnya ketika pembagian...

SYUKUR HARUS, IRI JANGAN

 #day4 #30harimembacakanbuku #30hariberkisah  #KomunitasCintaAnak 95_Nurmala_Syukur dan Tidak Sombong Syukur Itu Harus, Iri Jangan Di hari ke empat, menjelang tidur Afnan memilih minta dibacakan buku Syukur dan Tidak Sombong. Buku ini terdiri dari 4 judul dongeng. Dua judul yang dibacakan adalah Kalung Milik Kucing dan Undur-Undur yang Tidak Mau Berjalan Mundur. Afnan dan Ashraf senang dibacakan buku ini. Karena selain ada dialog singkat yang harus saya ekspresikan, ada juga gambar yang menunjukkan alur ceritanya. Dongeng Kalung Milik Kucing mengajarkan kita untuk selalu bersyukur dengan yang sudah kita miliki. Jangan sampai mengambil barang orang lain tanpa ijin. Karena selain tercela, dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Saya coba contohkan seperti merebut mainan. Ruginya, dengan rebutan mainan pasti berantem, dan salah satu atau keduanya ada yang terluka.  Kisah Undur-undur, menceritakan tentang perasaan iri. Karena, undur-undur merasa aneh, dirinya tidak bisa ...

Maaf, Aku Mengeluh

Menikmati fase kehidupan Tidak selalu ada tawa Kadang berurai air mata Ada juga amarah yang mengguncang Jatuh lalu bangkit, kemudian bertahan Ujian yang terus hadir bergiliran Membuatku berbenah diri Remedial kehidupan terus kucoba Sesak, saat kutahu gagal lagi Suara tersekat di kerongkongan Mencari kekuatan dalam batin  Kuhanya bisa pejamkan mata Hingga tangis itu pecah Aku Tenggelam dalam kesedihan Menyesal Tetapi kesalahan kadang diulangi  Aku bukan malaikat, Tuhan Aku juga bukan kalangan iblis Ada jiwa hampa Ada ruang kosong Ada ruh yang dipancung Tuhan, Maaf aku mengeluh Ciputat, 30 Mei 2022 @Nurmala