Hidup itu penuh misteri. Tak dapat ditebak. Walau sedetik pun. Kita hanya berencana A, B, C dan D. Namun Allah jua lah yang memutuskan.
Ketika SD saya adalah sosok anak yang minder karena merasa tak pandai dalam pelajaran. Guru-guru selalu saja memuji dan mengingat murid-murid yang pandai. Disitu saya merasa rendah diri. Saat itu saya belum tau kemampuan dan kelebihan yang ada dalam diri.
Tahun berganti. Seragam putih biru menjadi seragam kebanggaan karena saya berhasil masuk di SMP Negeri favorit. Di bangku Tingkat Menengah Pertama ini saya merasakan semangat belajar benar-benar hidup. Saya sangat menikmati proses belajar setiap hatinya. Setiap pelajaran ada sebuah target pencapaian. Dan itu dimulai dari tempat duduk.
Saya duduk dibangku paling depan dekat meja guru. Kenapa harus di depan meja guru? Supaya ketika saya bertanya atau mengajukan pendapat, akan lebih mudah terlihat lebih dulu. Targetnya adalah setiap pelajaran, minimal satu pertanyaan. Hasilnya ketika pembagian rapot semester 1, saya menduduki peringkat ke-6 dari 30 siswa. Sebuah prestasi bagis saya yang selama duduk di bangku SD menduduki peringkat ke 25 dari 32 siswa.
Tidak ada yang memotivasi saya untuk bangkit kecuali diri saya sendiri. Karena saya harus maju, saya harus dapat menaikkan derajat keluarga saya dengan ilmu. Maka pola belajar saya pun harus berubah.
Ketika saat itu teman2 ikut les sana sini. Ikut bimbel sana sini. Saya hanya belajar di rumah. Kadang saya belajar bersama teman yang pandai di kelas. Lambat laun perasaan minder dan tidak percaya diri mulai surut. Tergantikan dengan sebuah keyakinan dan percaya diri yang mulai tumbuh.
Satu hal yang membuat saya bangkit, tidak ada yang sulit jika kita mau memulai untuk perubahan. Rintangan itu pasti ada, maka berfikir kreatif untuk menghadapi rintangan, itu yang dibutuhkan. Dengan cara mengambil peluang dan kesempatan untuk mengembakan potensi yang ada dalam diri. Karena tidaklah Allah ciptakan makhlukNya dengan percuma.
Sukabumi, 28 Desember 2019
Menggali mutiara dari genggaman kenangan
Ketika SD saya adalah sosok anak yang minder karena merasa tak pandai dalam pelajaran. Guru-guru selalu saja memuji dan mengingat murid-murid yang pandai. Disitu saya merasa rendah diri. Saat itu saya belum tau kemampuan dan kelebihan yang ada dalam diri.
Tahun berganti. Seragam putih biru menjadi seragam kebanggaan karena saya berhasil masuk di SMP Negeri favorit. Di bangku Tingkat Menengah Pertama ini saya merasakan semangat belajar benar-benar hidup. Saya sangat menikmati proses belajar setiap hatinya. Setiap pelajaran ada sebuah target pencapaian. Dan itu dimulai dari tempat duduk.
Saya duduk dibangku paling depan dekat meja guru. Kenapa harus di depan meja guru? Supaya ketika saya bertanya atau mengajukan pendapat, akan lebih mudah terlihat lebih dulu. Targetnya adalah setiap pelajaran, minimal satu pertanyaan. Hasilnya ketika pembagian rapot semester 1, saya menduduki peringkat ke-6 dari 30 siswa. Sebuah prestasi bagis saya yang selama duduk di bangku SD menduduki peringkat ke 25 dari 32 siswa.
Tidak ada yang memotivasi saya untuk bangkit kecuali diri saya sendiri. Karena saya harus maju, saya harus dapat menaikkan derajat keluarga saya dengan ilmu. Maka pola belajar saya pun harus berubah.
Ketika saat itu teman2 ikut les sana sini. Ikut bimbel sana sini. Saya hanya belajar di rumah. Kadang saya belajar bersama teman yang pandai di kelas. Lambat laun perasaan minder dan tidak percaya diri mulai surut. Tergantikan dengan sebuah keyakinan dan percaya diri yang mulai tumbuh.
Satu hal yang membuat saya bangkit, tidak ada yang sulit jika kita mau memulai untuk perubahan. Rintangan itu pasti ada, maka berfikir kreatif untuk menghadapi rintangan, itu yang dibutuhkan. Dengan cara mengambil peluang dan kesempatan untuk mengembakan potensi yang ada dalam diri. Karena tidaklah Allah ciptakan makhlukNya dengan percuma.
Sukabumi, 28 Desember 2019
Menggali mutiara dari genggaman kenangan
Komentar